Dunia dimana saya hidup ini harus saya kuasai. Saya tau persis lautnya bagaimana, ikannya bagaimana, bagaimana mencari ikan. Terus ke kebun ikut mama untuk tahu bagaimana cara berkebun. Itu saya ikut Senang! Jadi apa susahnya ? Saya pulang dari sekolah saya tidak membawa PR Guru-guru yang mengalami masa pendidikan Belanda, cara mengajar mereka berbeda. Cara bagaimana mengajar anak untuk bisa tahu membaca dan menulis. Beda dengan guru-guru sekarang. Sekarang kebanyakan mereka mengeja, memaksa murid. Tidak usah pakai PR lah supaya dia ada waktu untuk bermain dirumah. Tidur enak tanpa dibebani. Sehingga dia mau pergi bermain juga pikiran jangan sampai..mau tanya mama dia tidak tau, tanya kakak tidak bisa sedangkan hari sudah malam dan besok harus bangun. Jadi dunia yang sebenarnya diperlukan untuk perkembangan itu terhambat oleh karena PR. Karena ketakutan yang berlebihan mengakibatkan anak bodoh. Karena ada yang bisa melihat, dia mengerti. Ada yang mendengar dia mengerti. Ada yang berbicara di depan dia mengerti. Ada berbagai persoalan yang harus kita mengerti disana. Dia melihat keluar tapi telinga dia pasang. kalo sekarang guru memaki, "Tidak usah kau lihat keluar!" guru juga mulai jadi algojo, "hei kau lihat apa ?" Waktu hilang hanya untuk kasih nasehat sedangkan waktu kamu tebatas Sekarang Bapak dan Ibu guru mempunyai kelas unggulan jadi memisahkan mereka yang tidak bisa untuk berkumpul disini agar bapak tangani secara khusus sedangkan yang sudah bisa, biar mereka saja yang mengajar disana Jadi kita bukan hanya asal mengajar tapi memerhatikan seluruh sudut dan pembinaan, harus secara betul, guru mendampingi murid pegang tanganya, dia tidak langsung disuruh menulis tapi kita tulis lalu suruh dia untuk mengikuti. seperti ini kan pak guru ? ya betul terus garis kesana lalu baru tarik kebawah Beberapa kali pertemuan dengan orangtua itu saya bilang ternyata kamu juga menghambat anak karena seragam tidak bilang tidak. Kalau memang seragam basah anak boleh pergi dengan kaos biasa Sepatunya hilang atau robek , gunakan sendal saja atau telanjang kaki yang penting anak ada kemauan untuk sekolah masa pendidikan Belanda dulu dengan sekarang jauh berbeda karena mereka tidak asal bangun sekolah tetapi mereka melakukan penelitian dulu, baik di pesisir atau gunung dan di lembah atau di hulu mereka bisa mengambil kebijakan untuk menentukan metode pendidikan apa yang akan mereka pakai mereka menciptakan bacaan yang semua cerita itu diambil dari cerita kampung jadi bacaan itu dibuat dari dimana dia hidup dan besar anak tidak merasa asing, karena dia tau ini. Babi kami juga punya. Api juga biasa di kebun, atau dirumah dan juga di pantai di pesisir kami bikin api, bakar ikan segala macam. juga gedung-gedungnya sekarang di bangun terlalu mengurung anak, sehingga dia tidak bebas menikmati alam ciptaan tuhan Tapi dulu itu mereka bangun tembok hanya sebatas bahu agar kita bisa melihat burung terbang, awan disana dan hujan disana sehingga kebosanan menjadi hilang dulu itu masalah menggambar dan menyanyi jam-jam terakhir harus menyanyi atau menggambar. Perlahan dia mulai bangun imajinasinya. Kenapa saya katakan ini Sekolah Papua yang di bangun di Indonesia karena ini mayoritas orang Papua perbedaan cara menerima pelajaran orang Papua sedikit beda dengan orang lain. Ketika kita mengajar satu tambah satu, anak dari luar sudah bisa menjawab dua. Tapi orang Papua dia akan melihat mengapa satu ditambah satu menjadi dua itu bukan karena dia bodoh tapi dia teliti terlebih dahulu. Jadi itu sebabnya dulu orang Belanda tidak menggabungkan anak Papua dengan Non-Papua. Bukan karena diskriminasi tapi sekarang gabungkan anak Papua dengan anak Indonesia di sini, maka anak Indonesia akan gerak cepat. Karena faktor orang tua yang mendukung mereka tapi orang Papua, walaupun mereka dari kalangan atas mereka tidak terbiasa mendidik anak di rumah. Jadi guru setengah mati. Jadi sebab itu perlahan, bukan karena dia bodoh tapi karena bertepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi tapi kalau orang tua dengan guru bertepuk tangan dan bunyi maka anak akan lari.